Pengertian Insan Berdasarkan Agama Islam

Dalam Al-Quran insan dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti insan (jama’). Al-abd berarti insan sebagai hamba Allah. Bani adam berarti belum dewasa Adam sebab berasal dari keturunan nabi Adam.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa insan ialah makhluk yang paling mulia dan mempunyai banyak sekali potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

Allah selaku pencipta alam semesta dan insan telah menawarkan isu lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya supaya insan berusaha mencari, meneliti, memikirkan, dan menganalisanya. Tidak mendapatkan mentah demikian saja. Untuk bisa memutuskannya, diharapkan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan penelitian laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Yang Mahakuasa dan mana yang telah menerima imbas lingkungan. 
Quran insan dipanggil dengan beberapa istilah Pengertian Manusia Menurut Agama Islam

Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, sanggup ditarik kesimpuannya bahwa insan terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.

A. Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam badan hingga sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) wanita (a-Thariq: 5-7). Sperma dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging. Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menimbulkan ia seorang anak manusia.

Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk sanggup mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan supaya umat insan selalu memakan kuliner yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah. Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.

B. Ruh
Ruh ialah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Yang Mahakuasa kepada janin dalam kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk :
1. Membawa dan mendapatkan wahyu (Surat As-Syuara 193)
2. Menguatkan doktrin (Surat Al-Mujadalah 22)

Dari ayat ini sanggup dipahami bahwa insan intinya sudah siap mendapatkan beban perintah-perintah Yang Mahakuasa dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya ia elalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak ada perjuangan untuk menganalisa wahyu Yang Mahakuasa serta tidak pula ada perjuangan untuk menguatkan keimanannya setiap dikala berarti beliau mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.

C.Nafs
Para mahir menyatakan insan itu niscaya akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan bahwa ruh insan menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara tepat dengan tanah.
Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
  1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas menawarkan pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.
  2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari klarifikasi ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini ialah jiwa yang condong kepada dunia dan tak hirau dengan akhirat.
  3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini ialah jiwa yang mengarah ke jalan Yang Mahakuasa untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.